Aku orangnya biasa-biasa aja, gak ada yang spesial
yang bisa dibanggakan dari aku. Aku juga gak memiliki ingatan yang banyak
tentang moment/kenangan yang bersejarah di masa kecil aku.
Saat itu, yang aku tahu dan aku ingat sampai saat
ini adalah bahwa sejak kecil aku tinggal bersama Ibu, nenek dan kakek yang
selalu menjagaku—bagiku, mereka adalah orang-orang terbaik dan aku sangat
bangga dan bersyukur memilikinya—I LOVE U all. Sedangkan sosok ayah saat itu
sangat asing bagiku. Tanpa dia, aku tetap merasa aman, justru keberadaannya
yang bagiku sangat asing itu malah menakuti aku. Yup, aku takut
padanya, pada ayah aku sendiri. Mungkin karena dia tidak tinggal bersamaku, dan
hanya menemuiku sebulan sekali. Saat itu aku tahu kalau dia ayahku karena ibu,
nenek dan kakek bilang dia itu ayah aku, tapi saat itu aku sama sekali tidak tahu makna
dari kata ‘ayah’ itu.
Setelah tamat di SD, aku sempat bingung mau lanjut
di mana. Teman-temanku banyak yang milih lanjut di salah satu SMP negeri—SMP
yang sangat diidam-idamkan oleh teman-teman dan dianggap the Best—yang letaknya
gak jauh dari rumahku dan juga SD aku. Waktu itu, aku cuma nemenin salah satu
temanku buat ngambil formulir pendaftaran di SMP itu—aku sih gak ikut ambil
formulir—dan sesampainya di rumah, eeehhhhh....aku dikasih selembar kertas dari
ibu. Ternyata ibu baru tiba dari perjalanannya mengambilkan aku formulir di
sebuah pesantren yang letaknya cukup jauh dari rumah, lama perjalanan kira-kira
2 jam lebih pakai kendaraan umum, maklum belum ada kendaraan pribadi, hehehe...
Tibalah saatnya aku harus meninggalkan rumah dan
kampung halaman tercinta, meninggalkan keluarga dan teman-teman tersayang.
Meninggalkan semua yang sudah aku kenal menuju ke suatu tempat yang pasti akan
terasa asing bagiku. :'
Menginjakkan kaki untuk pertama kalinya rasa
asiiiiiing buanget. Saat itu, aku datang ditemani ibu. Ibu mengajakku ke rumah
temannya yang juga mengabdi di pesantren itu. Kami pun untuk sementara tinggal
di situ.